Sabtu, 07 Februari 2009

Drama Spektakuler

Dalam tata lampu yang temaram, dilengkapi oleh kabut buatan, tersorot seorang gadis sangat muda berdiri mematung termenung dalam kebimbangan yang dalam. Muncullah sosok-sosok hitam dengan tanduk merah, dalam suasana seolah-olah para pembujuk kesesatan sedang hadir disebelah kanannya membujuk sang gadis belia untuk mengambil tas yang baru saja ditemukannya. Peran pembujuk kesesatan yang diperankan ibu-ibu PA benar-benar membuat penonton khawatir sang gadis akan benar-benar terbujuk.

Dengan timing yang sangat cermat, sutradara kemudian memunculkan bidadari-bidadari cantik berjubah putih dengan sayap-sayap lembut hadir seolah memberi harapan penonton agar sang gadis tidak jadi mengambil tas itu. Bidadari-bidadari yang diperankan oleh putri-putri sekolah Cita Hati dengan gurunya ini pun lalu terlibat dialog lucu dengan para penggoda kesesatan. Iringan musik yang dipilih sungguh menyatu dengan dialog-dialog mereka.

Kejutan yang dipilihkan sutradara adalah bahwa sang gadis yang terlihat lemah dan sangat bimbang ternyata mengambil keputusan sendiri dan membuat baik para bidadari maupun mahluk-mahluk hitam tersebut menghilang. Alur cerita yang luar biasa. Cermin bahwa pola pikir siswa sekolah Cita Hati memang sudah dewasa. Bujukan kesesatan maupun rayuan kebaikan hanya menjadi pelengkap, sedangkan keputusan tetap ada pada diri sediri dengan segala keberanian dan resikonya.

Drama dengan prolog manis berupa potongan film layar lebar yang diletakkan disebelah kanan penonton dengan setting kegugupan sebuah keluarga yang tiba-tiba sakit dan masuk Unit Gawat Darurat sebuah rumah sakit itu menjadikan pencernaan alur cerita menjadi gamblang, bersih dan memukau. Seting ruangan di rumah sakit dalam film dibawa ke panggung dengan sangat cermat dan sedemikian bagusnya. Penonton terlihat sangat terpukau dan banyak yang menahan nafas. Ini luar biasa.

Mengambil tema cerita sangat sederhana, seorang gadis muda yang ayahnya sakit tidak punya dana untuk melunasi tagihan rumah sakit dan terancam dipulangkan dengan paksa, menemukan sebuah tas yang berisi uang dalam angpao untuk perayaan Imlek keluarga dan segala jenis barang berharga di dalamnya ; memutuskan untuk mengembalikan tas tersebut ke pemiliknya setelah tahu pemiliknya adalah keluarga yang menempati tempat tidur disebelah ayahnya yang terbaring sakit. Tanpa mau menerima imbalan sedikitpun. Walau dia dalam kondisi memerlukan bantuan.

Tebakan akhir ceritapun sepertinya juga sederhana dan ingin didengar oleh seluruh penonton. Ide jenius anak-anak drama yang ingin menyenangkan orang tuanya. Contoh teladan yang baik ketika keluarga kaya tersebut menanggung semua biaya rumah sakit untuk ayah sang gadis. Walau akhir cerita ini bahagia, tidak sedikit penonton meneteskan air mata dibuatnya. Penghayatan peran, penyatuan watak dan kesungguhan pemain-pemain drama, menghanyutkan penonton dan menguras air mata. Ini sebuah suguhan drama dari siswa, guru dan orang tua Sekolah Cita Hati.

Cerita dibalik panggung pun tidak kalah seru. Guru, Murid, Orang tua, seolah tidak kenal lelah berlatih bersama. Bahkan salah seorang ibu ketika berlatih sempat mengalami cedera betulan dan juga dibawa ke rumah sakit betulan. Sang ibu yang cedera ini masih terpincang-pincang paginya, tapi masih tetap menjalankan perannya dalam drama dengan baiknya. Semangat & tanggung jawab yang luar biasa.

Itulah persembahan drama pada perayaan Imlek di Sekolah Cita Hati, diantara acara-acara lain yang tidak kalah serunya. (reporter: Bambang Wijanarko)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Ini baru orang tua yang pintar mengambil hati anak-anaknya. Anak-anak yang ingin menyenangkan orang tuanya. Guru dan sekolah yang benar-benar memahami kebutuhan orang tua dan murid-muridnya.
Selamat dan sukses selalu untuk PA.

Budi santoso